Evolusi Spike Protein (S-Protein) Coronavirus
Spike protein coronavirus merupakan
protein fusi membran kelas I, yang mengarahkan coronavirus masuk ke sel host
melalui ikatan dengan reseptor pada permukaan sel host kemudian melakukan fusi
membran virus dan host. Spike protein ada dalam dua konformasi yang berbeda:
spike trimerik prefusi yang memiliki tiga kepala pengikat reseptor S1 dan
membran fusi trimer S2, dimana trimer postfusi S2 merupakan bundle enam-helix
dengan fusion peptide yang terekspos. Transisi spike protein dari fase prefusi
menjadi postfusi diatur oleh berbagai macam faktor yang menjadi pemicu. Baik
pengenalan reseptor maupun fusi membran memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan jangakaun host dan tropisme jaringan dari coronavirus (Millet
& Whittaker, 2015). Bagaimana struktur dan fungsi yang kompleks pada
coronavirus ini mengalami evolusi?
Pengamatan dan penentuan struktur dari
domain S1 coronavirus memberikan gambaran menegnai evolusi S1 coronavirus.
Penemuan bahwa S1-NTD betacoronavirus memiliki lipatan galectin mengindikasikan
asal host dari S1-NTD coronavirus. Sementara itu, asal dari S1-CTD masih
sedikit dipahami. S1-CTD alphacoronavirus dan galectins host juga memiliki kemiripan
satu sama lain pada topologi struktur di bagian lipatan β-sandwich (gambar 1a), meskipun
kesamaan ini kurang signifikan antara S1-NTD dan galectin host. Lipatan β-sandwich umum dijumpai dan
merupakan struktur yang stabil, namun demikian dua lipatan β-sandwich dengan topologi struktural
yang saling berhubungan dapat mengindikasikan leluhur yang sama ketika konstituen
β-strands
dalam jumlah yang signifikan terhubung dengan rangkaian dan urutan yang sama.
Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa S1-CTD dan host galectins memiliki
hubungan evolusi. Salah satu skenario yang mungkin adalah setelah S1-NTD
dihasilkan melalui penangkapan gen, S1-CTD dihasilkan melalui duplikasi gen
dari S1-NTD (gambar 1b). S1-CTD menunjukkan evolusi dengan perubahan yang lebih
cepat, sebagai bukti dari perbedaan struktur tersier antara S1-CTD
alphacoronavirus dan betacoronavirus. Hal ini mungkin berhubungan dengan bagian
paling atas pada trimer spike prefusi, yang merupakan bagian paling menonjol
dan terekspos dari virion. Sehingga, S1-CTD berusaha secara selektif untuk
menghindari sistem imun host. Hasil dari evolusi yang cepat pada S1-CTD dapat
menghilangkan secara permanen jejak evolusi tersebut, kecuali pada beberapa
informasi yang terbatas pada topologi struktural. Apakah S1-CTD berasal dari
galectin host atau bukan, struktur dua-domain pada S1 memberikan coronavirus
dua recetor-binding domain (RBD) yang potensial: S1-NTD yang lebih
terkonservasi secara struktural dan fungsional mengikat molekul gula sebagai
reseptor, sedangkan S1-CTD yang berevolusi secara agresif memanfaat reseptor
protein yang lebih baru (gambar 1b).
![]() |
| Gambar 1. Hipotesis evolusi spike protein (S-Protein) coronavirus |
Gambar di atas menunjukkan spike
coronavirus. Gambar 1(a) perbandingan struktural antara human galectin dan
S1-CTD alphacronavirus HCoV-NL63, baik gamabaran dengan Cryo-EM maupun topologi
struktural kedua protein tersebut memiliki kesamaan struktur sub-inti yang
diberi background dengan warna abu-abu. Sedangkan pada gambar 1(b) tampak
hipotesis evolusi dari spike protein coronavirus. Singkatan yang digunakan
antara lain HCoV-NL63 (human coronavirus NL63), IC (intracellular tail), S1-CTD
(S1-C terminal domain), S1-NTD (S1-N terinal domain), dan TM (transmembran
anchor)).
Kesamaan struktural dan fungsional antara
S2 coronavirus dan protein fusi membran virus kelas I lainnya sangat signifikan.
Protein-protein tersebut ada dalam bentuknya pada fase prefusi dan postfusi.
Struktur prefusi dapat dipicu oleh berbagai macam cara, sehingga mengalami
penyusunan ulang serta perubahan konformasi, dan transisi menjadi struktur postfusi
bundle enam-helix yang serupa dengan fusion peptide yang terekspos. Meskipun tidak dapat dipastikan bahwa
mekanisme fusi membran yang sama mengalami evolusi secara independen pada virus
tersebut, kompleksitas mekanisme ini mengindikasikan bahwa protein fusi membran
virus kelas I mungkin memiliki leluhur evolusioner yang sama (Li, 2016).
Oleh karena coronavirus harus memasuki sel
untuk melalukan replikasi, fusi membran merupakan fungsi sentral dari spike
coronavirus. Pengenalan reseptor, dapat secara spesifik menempelkan coronavirus
pada permukaan sel host dan memposisikan spike dalam jarak yang dapat menarik
target membran host. Spike dari strain neurotropik MHV-JHM dapat memediasi
masuknya virus ke dalam sel host secara independen atau tidak bergantung pada
reseptor, untuk sel yang tidak mengekpresikan reseptor, mengindikasikan bahwa
ikatan pada reseptor dapat dielakkan pada situasi yang ekstrim (Miura et al., 2006). Dengan demikian, bentuk primordial
dari spike protein coronavirus dapat mengandung hanya S2 saja (gambar 1b).
Primordial spike tersebut dapat berfungsi secara tidak efisien karena virus
harus berdifusi secara tidak spesifik dalam jarak yang dekat dengan sel target
sehingga fusi membran dapat terjadi. Pada tahap selanjutnya, spike akan melakukan
evolusi dengan memiliki struktur S1-NTD galectin-like melalui penangkapan gen,
yang mampu meningkatkan efisiensinya dalam membantu masuknya virus ke dalam sel
host. Kemudian, spike protein akan mengalami evolusi dengan membentuk S1-CTD
melalui duplikasi gen atau mekanisme lainnya, meningkatkan kemampuannya dalam
mengenali reseptor (Li, 2012). Dengan memahami struktur dan fungsi dari spike
protein coronavirus serta evolusinya dapat meningkatkan pemahaman asal mula
virus dan hubungan evolusioner antara virus dan sel host.
Edit: 31 Maret 2020
Referensi:
- Li, F. 2012. Evidence for a common evolutionary origin of coronavirus spike protein receptor-binding subunits. J Virol. 86:2856–58.
- Li, F. 2016. Structure, function, and evolution of coronavirus spike proteins. Annu Rev Virol. 3(1):237–261.
- Millet, J. K., Whittaker, G. R. 2015. Host cell proteases: critical determinants of coronavirus tropism and pathogenesis. Virus Res. 202:120–34.
- Miura, T. A., Travanty, E. A., Oko, L., Bielefeldt-Ohmann, H., Weiss, S. R., et al. 2008. The spike glycoprotein of murine coronavirus MHV-JHM mediates receptor-independent infection and spread in the central nervous systems of Ceacamla−/− mice. J Virol. 82:755–63.


No comments
Tulis komentar Anda...