Pengenalan Reseptor Host oleh S-Protein Coronavirus [Bag-1/2]
Coronavirus
menunjukkan pola yang kompleks dalam mengenali reseptor. Misalnya,
alphacoronavirus HCoV-NL63 dan betacoronavirus SARS-CoV keduanya mengenali zinc
peptidase Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) (Li et al., 2003). Lebih lanjut, spesies lain dari alphacoronavirus
mengenali reseptor yang berbeda, seperti TGEV (porcine transmissible
gastroenteritis coronavirus), PDEV (porcine epidemic diarrhea coronavirus), dan
PRCV (porcine respiratory coronavirus) yang menginfeksi babi mengenali reseptor
aminopeptidase N (APN). Sementara itu, betacoronavirus seperti MERS-CoV dan
HKU4 mengenali serine peptidase, dipeptidyl-peptidase 4 (DPP4), MHV (mouse
hepatitis coronavirus) mengenali molekul adhesi sel, carcinoembryonic
antigen-related cell adhesion molecule 1 (CAECAM1), BCoV dan OC43 mengenali
gula sebagai reseptor (Schultze et al.,
1991). Selain perannya dalam mengikat virus, reseptor coronavirus tersebut
mempunyai fungsi fisiologis. S1-subunit dari genus yang berbeda memiliki
sedikit kesamaan sekuens, sedangkan dalam satu genus yang sama memiliki banyak
kesamaan sekuens (Li, 2012). Oleh karena itu, hal tersebut memunculkan beberapa
pertanyaan terkait dengan pengenalan reseptor oleh coronavirus, misalnya (a)
Bagaimana coronavirus dari genus yang berbeda mengenali protein reseptor yang
sama? (b) Bagaimana coronavirus dari genus yang sama mengenali protein reseptor
yang berbeda? (c) Apa dasar molekuler dari coronavirus dalam mengenali reseptor
gula dan fungsinya sebagai lectin virus?
Terdapat dua domain mayor pada S1 spike
protein virus, yaitu N-terminal domain (S1-NTD) dan C-terminal domain (S1-CTD).
Salah satu atau kedua domain tersebut memiliki potensi berikatan dengan
reseptor dan berperan sebagai receptor binding domain (RBD). S1-NTD berperan
dalam berikatan dengan gula (Liu et al.
2015), dengan pengecualian betacoronavirus MHV S1-NTD yang mengenali reseptor
protein CAECAM1 (Kubo et al., 1994).
S1-CTD bereperan dalam mengenali reseptor ACE2, APN, dan DPP4 (Mou et al., 2013).
Pengenalan Reseptor oleh S1-CTD Coronavirus
Struktur
S1-CTD dari betacoronavirus SARS-CoV yang membentuk kompleks dengan ACE2 pada
manusia digambarkan secara atomik (Li et
al., 2006) pada gambar di atas (1a). SARS-CoV S1-CTD terdiri dari 2
subdomain, yaitu struktur inti dan receptor-binding motif (RBM). Sruktur inti terdiri dari 5 untai antiparallel β-sheet (cyan), dan RBM (merah)
memiliki permukaan konkaf yang lebih luas untuk berikatan dengan ACE2 (hijau). Bagian dasar dari permukaan
konkaf ini adalah 2 untai antiparallel β-sheet, dan bagian tepi dibentuk
oleh loop. Ektodomain dari reseptor ACE2 terdiri dari membrane-distal peptidase
dan membrane-proximal collectrin. Beberapa virus-binding motifs (VBMs) telah
diidentifikasi pada permukaan luar dari domain peptidase, jauh dari lokasi
katalitik peptidase di bawahnya. Ikatan SARS-CoV dengan sel host tidak
mempengaruhi aktivitas enzimatik dari ACE2, serta aktivitas enzimatik tidak
berperan dalam masuknya SARS-CoV (Li et
al., 2005).
Penelitian mengenai interaksi antara
SARS-CoV dan ACE2 memberikan gambaran terhadap transmisi antar spesies dari
SARS-CoV. Selama epidemic SARS-CoV, strain SARS-CoV yang memiliki kemiripan
diisolasi dari pasien dan binatang luwak dari pasar hewan terdekat (Gaun et al., 2003). S1-CTD pada kedua virus
tersebut berbeda tetapi hanya terdapat dua residu pada regio RBM: Asn479 dan Thr487
pada strain manusia menjadi Lys479 dan Ser487 strain luwak (gambar 1b dan 1c).
Akan tetapi, S1-CTD pada strain manusia berikatan lebih kuat dengan reseptor
ACE2 dibandingkan pada S1-CTD pada strain yang menginfeksi luwak. Dua hot spot
ikatan virus telah diidentifikasi pada ACE2 manusia, pada residu ACE2 Lys31 dan
Lys353 secara berurutan (Wu et al.,
2011). Kedua hot spot tersebut memiliki jembatan garam yang berada di bawah
lingkungan hidrofobik dan berperan penting dalam ikatan antara virus-reseptor.
Residu 479 dan 487 pada S1-CTD SARS-CoV berinteraksi secara dekat dengan kedua
hotspot tersebut dan secara selektif mengalami tekanan untuk mutasi. Terdapat
dua mutasi secara seleksi natural, yaitu K479N dan S487T, memperkuat struktur
hot spot dan meningkatkan afinitas ikatan S1-CTD terhadap reseptor ACE2 pada
manusia (Wu et al., 2011). Oleh
karena itu, kedua mutasi tersebut berperan penting dalam transmisi dari luwak
ke manusia dan manusia ke manusia selama epidemi SARS.
Jika dibandingkan dengan ACE2 manusia,
ACE2 pada mencit memiliki dua residu yang berbeda dan dapat menginterferensi
ikatan SARS-CoV yaitu His353 dengan mengganggu struktur hotspot pada Lys353, dan
Asn82 memiliki N-linked glycans (ikatan
antara oligosakarida dengan atom nitrogen) yang menginterferensi sterik pada
ikatan SARS-CoV (gambar 1d). Reseptor ACE2 pada tikus juga memiliki His353
tetapi tidak memiliki N-linked
glycans pada residu 82. Oleh karena itu, ACE2 mencit bukan merupakan reseptor
SARS-CoV, sedangkan ACE2 tikus merupakan reseptor SARS-CoV yang lemah.
Sehingga, SARS-CoV tidak menginfeksi mencit, dan secara efisien menginfeksi sel
tikus (Frieman et al., 2012). Studi
mengenai interaksi antara SARS-CoV dan ACE2 menunjukkan bahwa (a) satu atau
beberapa mutasi pada RBD virus dapat menyebabkan outbreak yang serius, (b) satu
atau beberapa variasi residu pada homolog reseptor dari berbagai spesies dapat
menjadi penghalang transmisi antar-spesies.
Struktur dari S1-CTD betacoronavirus
MERS-CoV yang membentuk kompleks dengan DPP4 pada manusia, jika dibandingkan
dengan SARS-CoV, memberikan contoh yang menarik bagaimana dua RBD dengan
struktur yang serupa mengenali reseptor protein yang berbeda (gambar 1a dan 1e).
Seperti halnya SASR-CoV S1-CTD, MERS-CoV S1 S1-CTD juga memiliki 2 subdomain, yaitu
struktur inti dan RBM. Struktur inti dari SARS-CoV S1-CTD dan MERS-CoV S1-CTD
saling menyerupai satu sama lain, sedangkan RBM keduanya berbeda. Sebagai
perbandingan dominasi loop dan permukaan konkaf pada SARS-CoV RBM, MERS-CoV RBM
terdiri dari 4 untai antiparallel β-sheet, yang memberikan bentuk
permukaan cukup datar untuk berikatan dengan DPP4. Sementara itu, DPP4
membentuk homodimer dan masing-masing monomer memiliki domain hydrolase dan β-propeller. VBM terdapat pada
permukaan luar dari domain β-propeller.
Variasi dari residu VBM pada homolog DPP4 menjadi penghalang spesies mamalia
yang berbeda untuk terjadi transmisi antar-spesies MERS-CoV. Misalnya, molekul
DPP4 pada mencit dan tikus merupakan reseptor lemah MERS-CoV sebab keduanya
memiliki perbedaan residu pada VBM yang mengganggu ikatan MERS-CoV (Fukuma et al., 2015). DPP4 pada unta merupakan
reseptor yang efektif karena residu VBM yang mendukung. Isolasi MERS-CoV dari
unta mengindikasikan adanya transmisi zoonosis dari unta ke manusia. Beberapa
MERS-related CoV juga diisolasi dari kelelawar. Diantaranya HKU4 yang mengenali
DPP4 dengan mekanisme struktural yang sama dengan MERS-CoV, mengindikasikan
asal MERS-CoV dari kelelawar (Wang et al.,
2014). Dengan demikian, studi ini telah menunjukkan bahwa RBD virus dengan
struktur inti yang serupa dapat mengenali reseptor yang berbeda melalui variasi
struktural pada RBM, dan mengindikasikan bahwa pengenalan reseptor merupakan
penentu penting jangkauan host virus.
Struktur dari alphacoronavirus HCoV-NL63
S1-CTD yang membentuk kompleks dengan ACE2, jika dibandingkan dengan SARS-CoV,
menunjukkan dua struktur RBD yang berbeda mengenali reseptor protein yang sama
(gambar 2a). S1-CTD HCoV-NL63 memiliki struktur inti dan 3 loop RBM. Struktur
inti dari S1-CTD HCoV-NL63 adalah β-sandwich yang terdiri dari dua
3-untai antiparallel β-sheet. Hal
ini berbeda dengan struktur inti S1-CTD SARS-CoV yang terdiri dari satu lapis
5-untai antiparallel β-sheet.
Bagian RBM dari S1-CTD HCoV-NL63 adalah 3 loop pendek diskontinu. Hal ini
berbeda dengan RBM dari S1-CTD SARS-CoV yang memiliki subdomain panjang
kontinu. Meskipun demikian, SARS-CoV dan HCoV-NL63 memiliki topologi struktur
yang sama (gambar 2c, d). Meskipun perbedaan struktur, kedua virus tersebut
berikatan dengan VBM yang sama pada reseptor ACE2 (gambar 2e, f). Diantara hot
spot ikatan SARS-CoV pada reseptor ACE2, penengahan pada residu Lys353 juga
berperan penting pada ikatan HCoV-NL63 (Wu et
al., 2011). Sebagai konsekuensinya, masuknya HCoV-NL63 ke dalam sel tikus
tidak efisien karena adanya His353 pada reseptor ACE2 tikus. Studi ini
menunjukkan bagaimana RBD dengan struktur yang berbeda dapat berikatan dengan binding-hot spot yang sama pada reseptor
protein.
![]() |
| Gambar 2. Struktur S1-CTD alphacoronavirus dengan Cryo-EM |
Struktur dari alphacoronavirus PRCV S1-CTD yang membentuk kompleks dengan reseptor APN pada babi, jika dibandingkan dengan HCoV-NL63, memberikan contoh yang lain bagaimana dua RBD coronavirus yang serupa berikatan dengan reseptor yang berbeda (gambar 2a, b). Seperti HCoV-Nl63 S1-CTD, PRCV S1-CTD memiliki struktur inti β-sandwich dan tiga loop RBM. Struktur inti keduanya serupa, akan tetapi RBM kedua virus tersebut berbeda, sehingga memiliki spesifisitas reseptor yang berbeda. Struktur dari ektodomain APN berbentuk seperti kuda laut. VBM terdapat pada permukaan luar dari APN, jauh dari lokasi katalisis APN di dalam. Beberapa alphacoronavirus yang lain, seperti TGEV, PEDV, HCoV-229E, feline coronavirus, dan canine coronavirus, mengenali APN dari host natural di alam sebagai reseptor (Tussel, 2007). Alphacoronavirus yang mengenali reseptor APN, kecuali pada PEDV, juga mengenali APN kucing, menunjukkan transmisi feline coronavirus dari kucing ke mamalia lainnya. Studi ini memunjukkan bahwa struktur RBD yang serupa dengan struktur inti yang saling menyerupai, dapat mengenali reseptor protein yang berbeda meskipun memiliki struktur RBM yang divergen (Li, 2016).
Beberapa studi di atas memberikan
pandangan mengenai evolusi S1-CTD pada coronavirus (Li, 2015). Meskipun
struktur S1-CTD alpha dan betacoronavirus adalah β-sandwich dan satu lapis β-sheet secara berurutan, keduanya
memiliki topologi struktur yang sama, menunjukkan asal evolusi yang sama.
S1-CTD dari genus yang berbeda sepertinya mengalami evolusi divergen ekstensif sehingga
memiliki struktur inti yang divergen. Hubungan evolusi yang kompleks dari
S1-CTD diantara genus yang berbeda mencerminkan tekanan evolusi yang berat pada
domain ini.
Edit: 27 Maret 2020
Referensi:
- Frieman, M., Yount, B., Agnihothram, S., Page, C., Donaldson, E.,
Roberts, A., Vogel, L., Woodruff, B., Scorpio, D., Subbarao, K., Baric, R. S. Molecular
determinants of severe acute respiratory syndrome coronavirus pathogenesis and
virulence in young and aged mouse models of human disease. J Virol. 86(2):884-97.
- Fukuma, A., Tani, H., Taniguchi, S., Shimojima, M., Saijo, M., Fukushi, S. 2015. Inability of rat DPP4 to allow MERS-CoV infection revealed by using a VSV pseudotype bearing truncated MERS-CoV spike protein. Arch Virol. 160(9):2293-300.
- Guan, Y., Zheng, B. J., He, Y. Q., Liu, X. L., Zhuang, Z. X., Cheung, C.
L., Luo, S. W., Li, P. H., Zhang, L. J., Guan, Y. J., Butt, K. M., Wong, K. L.,
Chan, K. W., Lim, W., Shortridge, K. F., Yuen, K. Y., Peiris, J. S., Poon, L. L.
2003. Isolation and characterization of viruses related to the SARS
coronavirus from animals in southern China. Science. 302(5643):276-8.
- Kubo, H., Yamada, Y. K., Taguchi, F. 1994. Localization
of neutralizing epitopes and the receptor-binding site within the
amino-terminal 330 amino acids of the murine coronavirus spike protein. J
Virol. 68(9):5403-10.
- Li, F. 2012. Evidence for a common evolutionary origin of
coronavirus spike protein receptor-binding subunits. J Virol. 86(5):2856-8.
- Li, F. 2015. Receptor recognition mechanisms of coronaviruses: a decade of structural studies. J Virol. 89(4):1954-64.
- Li, F., Li, W. H., Farzan, M., Harrison, S.C. 2006. Interactions between SARS coronavirus and its receptor. In: Perlman S, Holmes KV, editors. Nidoviruses: Toward Control of SARS and Other Nidovirus Diseases. New York: Springer. pp. 229–34.
- Li, W., Moore, M. J., Vasilieva, N., Sui, J., Wong, S. K., Berne, M. A., Somasundaran, M., Sullivan, J. L., Luzuriaga, K., Greenough, T. C., Choe, H., Farzan, M. 2003. Angiotensin-converting enzyme 2 is a functional receptor for the SARS coronavirus. Nature. 426(6965):450-4.
- Li, W., Zhang, C., Sui, J., Kuhn, J. H., Moore, M. J., Luo, S., Wong, S. K., Huang, I. C., Xu, K., Vasilieva, N., Murakami, A., He, Y., Marasco, W. A., Guan, Y., Choe, H., Farzan, M. 2005. Receptor and viral determinants of SARS-coronavirus adaptation to human ACE2. EMBO J. 24(8):1634-43.
- Liu, C., Tang, J., Ma, Y., Liang, X., Yang, Y., Peng, G., Qi, Q., Jiang, S., Li, J., Du, L., Li, F. 2015. Receptor usage and cell entry of porcine epidemic diarrhea coronavirus. J Virol. 89(11):6121-5.
- Mou, H., Raj, V. S., van Kuppeveld, F. J., Rottier, P. J., Haagmans, B. L., Bosch, B. J. 2013. The receptor binding domain of the new Middle East respiratory syndrome coronavirus maps to a 231-residue region in the spike protein that efficiently elicits neutralizing antibodies. J Virol. 87(16):9379-83.
- Tusell, S. M., Schittone, S. A., Holmes, K. V. 2007. Mutational analysis of aminopeptidase N, a receptor for several group 1 coronaviruses, identifies key determinants of viral host range. J Virol. 81(3):1261-73.
- Wang, Q., Qi, J., Yuan, Y., Xuan, Y., Han, P., Wan, Y., Ji, W., Li, Y., Wu, Y., Wang, J., Iwamoto, A., Woo, P. C., Yuen, K. Y., Yan, J., Lu, G., Gao, G. F. 2014. Bat origins of MERS-CoV supported by bat coronavirus HKU4 usage of human receptor CD26. Cell Host Microbe. 16(3):328-37.
- Wu, K., Chen, L., Peng, G., Zhou, W., Pennell, C. A., Mansky, L. M., Geraghty, R. J., Li, F. 2011. A virus-binding hot spot on human angiotensin-converting enzyme 2 is critical for binding of two different coronaviruses. J Virol. 85(11):5331-7.
- Schultze, B., Gross, H. J., Brossmer, R., Herrler, G. 1991. The S protein of bovine coronavirus is a hemagglutinin recognizing 9-O-acetylated sialic acid as a receptor determinant. J Virol. 65(11):6232-7.



No comments
Tulis komentar Anda...