Ruang Lingkup Onkologi Molekuler
![]() |
| Translokasi gen c-myc dari kromosom 8 ke kromosom 14, t(8;14) |
Onkolgi
molekuler dapat didefinisikan sebagai cabang dari ilmu kedokteran yang
mempelajari kanker dari sudut pandang molekuler. Pengembangan obat-obat kanker
terbaru yang berbasiskan onkologi molekuler sering dikenal dengan terminologi targeted therapies, yang menyesuaikan dengan target
molekuler relevan sesuai dengan fenotip kanker tertentu. Akan tetapi peran
onkologi molekuler tidak menutup kemungkinan untuk pengembangan terapi baru.
Manfaat lain dalam pencegahan penyakit misalnya pengembangan metode baru untuk
pencegahan primer kanker (vaksin untuk virus yang bersifat karsinogenik
seperti Hepatitis B dan Human Papilloma Virus), sebagai pencegahan sekunder
kanker (seperti inhibitor cyclo-oxygenase 2 (COX-2) untuk mencegah adenoma atau
karsinoma kolon, atau molekul antiestrogen pada pencegahan kanker payudara).
Hal ini disertai dengan penggunaannya dalam metode penginderaan molekuler
terbaru, sehingga dapat mendeteksi dan menentukan sifat kunci pada sel maligna
secara in vivo, serta respon sel terhadap terapi.
Terdapat beberapa jenis penanda tumor,
yaitu (1) penanda genetik pada tumor yang bersifat herediter dan tidak
herediter, (2) penanda seluler dan jaringan, (3) penanda epigenetik, biasanya
pada tumor yang tidak herediter, dan (4) penanda marker sirkulasi. Beberapa
penanda tersebut telah rutin digunakan pada setting klinis, misalnya penanda
tumor sirkulasi yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, prognosis, dan
follow up beberapa jenis kanker tertentu. Penanda seluler dan jaringan masih
dalam penelitian untuk menentukan prognosis dan prediktor terhadap respon
kemoterapi atau radioterapi. Penanda epigenetik bermanfaat dalam mendeteksi
perubahan premaligna, misalnya pada epitel bronkial perokok berat.
Jalur regulasi yang terlibat dalam
pengaturan pertumbuhan sel, diferensiasi, dan apotosis diatur oleh sinyal
intraseluler maupun ekstraseluler. Penggunaan tyrosine kinase inhibitors pada Chronic Myeloid Leukemia atau
beberaa jenis tumor lain seperti gastrointestinal stromal tumor (GIST), non
small cell lung carcinoma (NSCLC), renal cell carcinoma serta pengembangan
antibodi monoklonal spesifik merupakan salah satu contoh pengembangan obat terbaru.
Obat dengan terapi target secara umum memiliki efek samping lebih sedikit
dibandingkan agen sitotoksik konvensional, dan evaluasi terhadap respon terapi
perlu dilakukan.
Evolusi Kanker
Semua sel dalam suatu organisme berasal
dari satu sel, yaitu sel telur yang telah mengalami fertilisasi. Pada awal
perkembangan, embrio terdiri dari 3 jenis sel, yaitu ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Suatu organ dapat terdiri dari berbagai macam sel dan jaringan,
misalnya organ hati terdiri dari sel hepatosit, sel jaringan ikat fibrosa,
eritrosit, leukosit, pembuluh darah, duktus biliaris, sel saraf, sel
retikuloendotelial (sel Kupffer), dan sebagainya. Metode profiling ekspresi gen
modern (misalnya DNA microarrays) dapat memberikan bukti molekuler yang baik
tentang keanekaragaman dan kompleksitas jaringan tersebut.
Mekanisme yang mengatur keanekaragaman
tersebut dapat mengalami kesalahan dan secara progresif dapat menyebabkan
kanker. Kanker pada embrio sangat jarang terjadi, meskipun beberapa neoplasma
pada anak-anak berasal ketika masih berada di dalam kandungan. Pada dewasa,
kanker padat dapat berperilaku seperti “organisme parasite” yang mengikuti
perintahnya sendiri, tetapi mengabaikan perintah host, serta tumbuh dan
menyebar secara lokal atau metastasis jauh.
Jaringan normal akan melestarikan mosaik yang
bagus meskipun pada usia tua, hal ini mengindikasikan bahwa pada keadaan normal
terdapat ‘harmoni’ di dalam jaringan, keseimbangan antara kematian dan
proliferasi sel, pertukaran yang seimbang antara stroma dan epithelial sel, dan
kompetisi yang sedikit atau tidak ada sama sekali antara sel yang berdekatan. Namun,
menurut pandangan lama yang masih diterima secara luas saat ini, salah satu
langkah paling awal dalam urutan yang mengarah ke kanker adalah munculnya fenotip
yang mampu menggusur tetangga mereka (Fialkow, 1976). Hal merupakan hasil dari
beberapa perubahan intrinsik pada sel (dan mutasi diduga terjadi pada waktu
yang lama sebelum onkogen dan tumor suppressor gene ditemukan), yang
menyebabkan sel mampu berkompetisi untuk mendapatkan wilayah, tetapi
keseluruhan proses dapat diasumsikan lebih cepat dengan adanya faktor yang
menyebabkan kematian sel sehingga memunculkan peluang untuk berkompetisi.
Akibatnya, keseimbangan terganggu dan tumor berkembang secara bertahap.
Perubahan intrinsik pada sel dapat
menginduksi sel untuk membelah diri tanpa pengontrol, sel dapat membelah diri
lebih sering atau lebih tahan terhadap kematian sel, namun demikian masih dalam
teritorial normal dan tidak mengivasi jaringan sekitarnya, sehingga membentuk
tumor jinak. Apabila perubahan intrinsik tersebut merusak regulasi normal yang
mengatur teritori atau wilayah sel dan sel mampu metastasis secara lokal maupun
ke tempat jauh, maka tumor jinak berubah menjadi kanker atau tumor ganas karena
karakteristik maligna pada sel tersebut (Miguel et al., 2008).
Oleh karena itu, monoklonalitas secara
umum dipertimbangkan sebagai penanda tumor. Penanda klonal bermanfaat unutk
diagnosis atau follow up progresi baik pada tumor padat maupun tumor
hematologis. Metode yang lebih modern untuk penentuan klonalitas termasuk
inaktivasi kromosom X (pada wanita), immunoglobulin dan reseptor sel T gene rearrangement analysis, dan
translokasi atau delesi spesifik kromosom. Pada kondisi benigna (seperti benign
monoclonal gammopathy), dan kondisi premaligna (seperti limfomatoid
granulomatosis, limfomatoid papulosis, Langerhans
cell histiocytosis, prolierasi limfoepitelial berkaitan dengan Sjörgen
syndrome) dapat menunjukan rearrangement monoklonal tanpa berkembang menjadi
keganasan setelah follow up dalam jangka waktu lama (Collins, 1997).
Menurut perjalanan alamiah perubahan
intrinsik yang menyebabkan kanker, pada waktu beberapa dekade yang lalu terjadi
perdebatan apakah penyebab alamiah karena faktor keturunan, akibat sekunder
karena mutasi atau perubahan kromosom, atau ‘epigenetik’ dikarenakan eskpresi
gen yang abnormal tanpa didasari lesi genetik. Dengan demikian, meskipun
karsinogen terbukti dapat menyebabkan mutasi, terdapat postulat bahwa beberapa
kanker yang tidak diketahui penyebabnya memiliki kemungkinan karena agen yang
tidak bersifat mutagen, akan tetapi memacu pembelahan sel dan menyebabkan
kesalahan ekspresi gen (Miguel et al.,
2008).
Edit: 09 Mar 2020
Referensi:
- Collins, R. D. 1997. Is clonality equivalent to malignancy: specifically, is immunoglobulin gene rearrangement diagnostic of malignant lymphoma? Human Pathology. 28: 757 – 759.
- Fialkow, P.J. 1976. Clonal origin of human tumors. Biochim Biophys Acta. 458: 283–321.
- Miguel, H. B., MaryAnn Foote, Giaccone, G., Olopade, O., Workman, P., & Antman, K. 2008. Principles of molecular oncology: Third Edition. Principles of Molecular Oncology: Third Edition.


No comments
Tulis komentar Anda...