Efek Stimulasi Reseptor Beta-Adrenergik terhadap Jantung dan Arteri Cerebral
Peningkatan aktivasi simpatis yang bersifat kronis terjadi pada berbagai macam kondisi, seperti obesitas, sleep apnea, stress psikologis, dan hipertensi, menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskuler melalui stimulasi terus menerus dari reseptor adrenergik (Esler et al., 2008). Kejadian fatal pada jantung tersebut meliputi hipertrofi miokard, gagal jantung, dan sudden cardiac death atau henti jantung (Osadchii, 2007). Peningkatan hormon katekolamin menyebabkan stimulasi reseptor α-adrenergik (αAR) dan β-adrenergik (βAR), akan tetapi sebagian besar kejadian pada jantung yang berkaitan dengan peningkatan tonus simpatis dipercaya merupakan sebab dari stimulasi βAR pada jantung. Pada kenyataannya, penghambatan βAR secara konsisten meningkatkan fungsi jantung dan harapan hidup pada pasien dengan gagal jantung (Lechat et al., 1998). Sebaliknya, penghambatan αAR merupakan pendekatan yang efektif dalam tatalaksana hipertensi, akan tetapi mungkin meningkatkan risiko kejadian kardiovaskuler, seperti yang ditunjukkan pada pasien yang menggunakan doxazosin pada uji klinis ALLHAT (Antihypertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial). Penggunaan penghambat βAR metoprolol selama perioperatif pada pasien dengan penyakit non-kardiak berkaitan dengan peningkatan risiko stroke dan kematian (Devereaux et al., 2008). Penelitian ini menunjukkan bahwa agen simpatolitik mungkin tidak dapat diterima sebagai regimen umum untuk tatalaksana baik jantung maupun vaskuler secara bersamaan. Berdasarkan penemuan ini, stimulasi berlebihan dari βAR tampaknya memberikan efek yang berbeda pada jantung dan arteri serebral. Dengan demikian, fokus dari review ini adalah untuk membandingkan efek kardiak dan vaskuler dari stimulasi βAR serta efeknya terhadap proses transduksi sinyal yang berkaitan (Shin et al., 2014).
EFEK
STIMULASI RESEPTOR β-ADRENERGIK DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMA PADA JANTUNG
Aktivasi
βAR dalam jangka panjang oleh berbagai macam stressor menginduksi kerusakan
miokard yang serius, termasuk hipertrofi jantung, nekrosis/apoptosis, dan
fibrosis (Kim et al., 2003).
Hipertrofi jantung merupakan penyebab independen dari gagal jantung dan
penyebab mayor morbiditas serta mortalitas di seluruh dunia, oleh karena itu
penelitian dan intervensi klinis pada hipertrofi jantung telah dipelajari
secara ekstensif (Diwan & Dorn, 2007).
Ketika terjadi hipertrofi jantung, kondisi tersebut akan berkembang
menjadi gagal jantung. Mekanisme yang mendasari berkaitan dengan stimulasi
berlebihan dari βAR telah dipelajari in
vivo pada jaringan jantung menggunakan model yang diberi treatmen
isoproterenol (ISO) dan in vitro pada
kultur kardiomiosit (sel otot jantung). Stimulasi berlebihan pada βAR mencerminkan
penanda penting dari hipertrofi jantung patologis (Errami et al., 2008).
Tatalaksana ISO meningkatkan stress oksidatif, sintesis protein,
ekspresi proto onkogen, dan stimulasi mitogen
activated protein kinase (MAPK). Peristiwa ini disebabkan oleh perubahan
kapabilitas elektrik dan mekanik yang menginduksi 3 jenis kematian sel, yaitu
nekrosis, apoptosis, dan autofagi (tabel 1).
Tabel 1. Profil ekspresi gen/protein pada
jantung dan arteri serebral oleh stimulasi βAR dalam jangka waktu yang lama
Identifikasi dan Kategori
Fungsional
|
Jantung
|
Arteri Serebral
|
|||
↑
|
↓
|
↑
|
↓
|
||
Apoptosis
|
|||||
Bcl2l1
|
Bcl-2-like protein 1 (Bcl-XL)
|
-
|
|||
Bcl2l11
|
Bcl-2-like protein 11
|
+
|
|||
Bmf
|
Bcl-2 modifying factor
|
+
|
|||
Bak1
|
Bcl-2 antagonist
|
-
|
|||
Bax
|
Bcl-2 associated X protein
|
-
|
|||
Pmaip1
|
Phorbol-12-myristate-13-acetate-induced protein 1
|
+
|
|||
Sfn
|
Stratafin`
|
-
|
|||
Tp53
|
Tumor protein 53 (p53)
|
-
|
|||
Apafl
|
Apoptotic protease activating factor 1
|
+
|
|||
Casp1
|
Caspase-1
|
-
|
|||
Casp2
|
Caspase-2 (inisiator)
|
-
|
|||
Casp3
|
Caspase-3 (efektor)
|
+
|
|||
Casp7
|
Caspase-7 (efektor)
|
-
|
|||
Casp9
|
Caspase-9 (inisiator)
|
+
|
|||
Tnfrsfla
|
Tumor necrosis factor receptor superfamily 1A
|
-
|
|||
Tnfsf10
|
Tumor necrosis factor (ligan) superfamily 10
|
+
|
|||
Fas
|
Tumor necrosis factor superfamily 6
|
+
|
|||
Stress/energi
|
|||||
Abcb4
|
ATP-binding cassette, subfamily B 9MDR/TAP) 1A
|
-
|
|||
Abcc3
|
ATP-binding cassette protein C3
|
-
|
|||
Ahr
|
Aryl-hydrocarbon receptor
|
+
|
|||
Akt
|
v-akt murine thymoma viral oncogene homolog 1
|
+
|
|||
ALDH1A1
|
Aldehyde dehydrogenase, family 1 member A1
|
+
|
|||
ALDH2
|
Aldehyde dehydrogenase, mitochondrial precursor
|
+
|
|||
ANX6
|
Annexin V1 isoform 1
|
+
|
|||
ANXA1
|
Annexin A1 (annexin 1)
|
+
|
|||
ARH
|
ADP-ribosylhydrolase
|
+
|
|||
Arnt2
|
Aryl-hydrocarbon receptor nuclear translocator 2
|
-
|
|||
ATP5b
|
ATP synthase subunit β, micthondrial precursor
|
+
|
|||
Bcat1
|
Branched chain amino acid transaminase 1
|
+
|
|||
CCT2
|
Chaperonin containing TCP1, subunit 2 (beta)
|
+
|
|||
DPYSL2
|
Dihydropytimidinase-like2
|
+
|
|||
EARH
|
Ecto ADP-ribosylhydrolase precursor
|
+
|
|||
EF1G
|
Elongation factor 1-gamma
|
+
|
|||
GDI2
|
GDP dissociation inhibitor 2
|
+
|
|||
GLUD1
|
Glutamate dehydrogenase
|
+
|
|||
GSTM5
|
Glutathione-S-transferase, mu5
|
+
|
|||
Hif1an
|
Hypoxia-inducible factor 1-alpha inhibitor
|
-
|
|||
Hif3a
|
Hypoxia-inducible factor 3-alpha
|
+
|
|||
Hsp
|
Heart shock protein 75 kDa
|
-
|
|||
Hspa1L
|
Heat shock 70 kDa, protein 1-like
|
-
|
|||
Hspb7
|
Heat shock 27 kDa, cardiovascular
|
+
|
|||
HspA2
|
Heat shock 70 kDa, protein 2
|
+
|
|||
HspA5
|
Heat shock 70 kDa, protein 5
|
-
|
|||
HspA8
|
Heat shock 70 kDa, protein 8 (Hsp73)
|
-
|
|||
HSPA9
|
Heat shock protein 9A, mortalin
|
+
|
|||
IDH1
|
Isocitrate dehydrogenase 1 (NADP+)
|
+
|
|||
Lamc
|
Isoform C of lamin-A/C
|
-
|
|||
NDUFS1
|
NADH dehydrogenase (ubiquinone) Fe–S protein 1
|
+
|
|||
NDUFS8
|
NADH dehydrogenase (ubiquinone) Fe–S protein 8
|
+
|
|||
Nos2
|
Nitric oxide synthase, inducible
|
-
|
|||
Nr1h4
|
Nuclear receptor subfamily 1, group H, member 4
|
-
|
|||
OTUB1
|
Ubiquitin thioesterase protein OTUB1
|
+
|
|||
PDIA3
|
Protein disulfide isomerase family A, member3
|
+
|
|||
PEA15
|
Isoform 1 of astrocytic phosphoprotein PEA-15
|
+
|
|||
Pparγ
|
Peroxisome proliferator-activated receptor gamma
|
-
|
|||
Pparα
|
PPAR alpha
|
-
|
|||
PPIase
|
Peptidyl-prolyl cis–trans isomerase E
|
-
|
|||
RALDH2
|
Aldehyde dehydrogenase 1A2 isoform 1
|
+
|
|||
RanGAP
|
Ran-specific GTPase-activating protein
|
+
|
|||
RCN3
|
Reticulocalbin-3 precursor
|
-
|
|||
STIP1
|
Stress-induced phosphoprotein 1
|
+
|
|||
Ucp3
|
Mitochondrial uncoupling protein 3
|
-
|
|||
VEGFA
|
Vascular endothelial growth factor A
|
+
|
|||
14-3-3 β/α
|
Isoform short 14-3-3 protein β/α
|
-
|
|||
Inflamasi
|
|||||
C3
|
Complement C3
|
-
|
|||
C9
|
Complement C9
|
+
|
|||
Defb1
|
Beta-defensin 1
|
+
|
|||
EHD1
|
EH-domain containing 1, isoform CRA_a
|
+
|
|||
Fkbp1
|
FK506-binding protein 1
|
-
|
|||
Ifna1
|
Interferon, alpha 1
|
-
|
|||
Il-1α
|
Interleukin-1 alpha
|
+
|
|||
Il-1β
|
Interleukin-1 beta
|
+
|
|||
IL6
|
Interleukin-6
|
+
|
|||
MSN
|
Moesin
|
+
|
|||
PSME1
|
Proteasome activator complex subunit 1
|
-
|
|||
TNFα
|
Tumor necrosis factor alpha
|
-
|
|||
TGFb2
|
Transforming growth factor b2
|
-
|
|||
Remodeling/fibrosis
|
|||||
ACTA20
|
Actin, alpha 2, smooth muscle
|
+
|
|||
ACTR1A
|
Actin-related protein 1
|
+
|
|||
ACTR2
|
Actin-related protein 2 homolog
|
+
|
|||
ACTC1
|
Alpha-actin
|
+
|
|||
ALB
|
Albumin
|
+
|
|||
BMM
|
Bone marrow macrophage cDNA
|
-
|
|||
CAPZB
|
Capping protein (actin filament) muscle Z-line
|
+
|
|||
Ccl7
|
Chemokine ligand 7
|
+
|
|||
COL6A2
|
Alpha-2-collagen type VI
|
+
|
|||
CORO1B
|
Coronin-1B
|
+
|
|||
Ctgf
|
Connective tissue growth factor
|
-
|
|||
Fhl1
|
Four half Lim domain
|
-
|
|||
GRIPAP1
|
GRIP1-associated protein 1
|
+
|
|||
Il4
|
Interleukin-4
|
-
|
|||
Pdlim1
|
PDZ and LIM domain protein 1
|
+
|
|||
Reg3b
|
Regenerating islet-derived 3 beta
|
-
|
|||
Reg3g
|
Regenerating islet-derived 3 gamma
|
-
|
|||
SEPT8
|
Septin
|
+
|
|||
Spp1
|
Osteopontin
|
-
|
|||
Timp1
|
Tissue inhibitor metalloproteinase 1
|
-
|
|||
VIM
|
Vimentin
|
+
|
|||
WDR1
|
WD repeat-containing protein 1 isoform 8
|
+
|
Selain itu, tatalaksana dengan ISO mengubah jalur transduksi sinyal yang
berkaitan. Pada jantung yang normal, aktivasi βAR menstimulasi aktivitas adenyl
cyclase melalui Gs protein-coupled receptor, yang mengubah donor fosfat
berenergi tinggi menjadi cAMP. Peningkatan cAMP menaikkan kadar konsentrasi
intraseluler dari ion Ca2++, dan mengaktifkan fosforilasi yang
dimediasi protein kinase A (PKA) pada protein lain yang meregulasi ion Ca2+
(misalnya kanal ion kalsium), sehingga menghasilkan efek inotropik positif pada
jantung (meningkatkan kontraktilitas jantung). Namun, stimulasi ISO dalam
jangka panjang menyebabkan desensitisasi dari reseptor yang bergantung pada PKA
setelah terjadi fosforilasi sebelumnya, sehingga melemahkan respon yang
dimediasi oleh βAR (Kim et al.,
2006).
Tse
et al (1979) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa hipertrofi jantung berkembang pada mencit yang diberikan
tatalaksana dengan stimulasi ISO secara kronis, selain itu mencit tersebut
menunjukkan penurunan magnitudo dan sensitivitas in vitro terhadap stimulasi ISO. Efek tersebut berkaitan dengan
perubahan biokimia, termasuk penurunan jumlah ekspresi βAR, penurunan
sensitivitas dan magnitudo aktivitas adenyl cyclase (ADYC), dan penurunan
pembentukan cAMP. Penelitian ini juga menunjukkan dengan jelas bahwa aktivitas
PKA, tetapi tidak pada aktivitas protein kinase C (PKC), pada jantung kelinci
mengalami penurunan secara bertahap setelah stimulasi βAR dalam jangka panjang.
Selain itu, mekanisme yang mendasari dari desensitisasi βAR terhadap agonis
mungkin berkaitan dengan peningkatan aktivitas βAR kinase (Choi et al., 1997). Kemungkinan ini didukung
dengan penemuan bahwa stimulasi βAR dapat secara signifikan meningkatkan
ekspresi dari βAR kinase 1, sedangkan inhibisi dari βAR dapat menurunkan
ekspresi protein βAR kinase 1 (Iaccarino et
al., 1998).
EFEK STIMULASI
β-ADRENERGIK JANGKA PANJANG TERHADAP VASKULER
Meskipun banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari efek
pemberian ISO terhadap jantung, akan tetapi hanya terdapat sedikit penelitian
yang telah dilakukan untuk mengevaluasi efek ISO terhadap vaskuler. Hipertrofi
jantung patologis yang disebabkan karena stimulasi berlebihan dari βAR
merupakan prediktor yang independen pada kejadian serebrovaskuler seperti
stroke (Rodrigo et al., 2012). Pada
pembuluh darah yang berbeda, misalnya arteri femoralis, pulmoner, dan arteri
karotis, stimulasi akut dari βAR menginduksi vasodilatasi. Meskipun demikian,
stimulasi jangka panjang βAR pada arteri dapat mengubah kontraktilitas vaskuler
(Shin et al., 2014).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian ISO jangka panjang
pada kelinci menyebabkan abnormalitas fungsi arteri koroner melalui perubahan
pada Ca2+-activated K+ channel
dan inward-rectifier K+ channel
pada sel otot polos. Hal ini menunjukkan mekanisme baru mengenai disfungsi
vaskuler pada hipertrofi jantung (Park et
al., 2007). Berkaitan dengan aorta tikus, Davel et al (2006) menunjukkan bahwa stimulasi ISO jangka panjang dapat
menginduksi disfungsi epitel dan peningkatan vasokonstriksi oleh fenileprin,
suatu agonis reseptor α-adrenergik (αAR), oleh karena disfungsi endotel.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tatalaksana ISO meningkatkan respon
vasokonstriksi dan stress oksidatif melalui uncoupling
Endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS) yang menghasilkan anion
superoksida (O2-), melalui jalur β2AR/Giα. Menariknya,
stimulasi βAR menurunkan efluks Ca2+ dan melemahkan kontraktilitas
otot polos sebagai respon terhadap angiotensin II pada arteri serebri kelinci.
Mekanisme yang mungkin dari respon abnormal terhadap vasoaktif pada arteri yang
berbeda mungkin disebabkan karena beberapa faktor selain perubahan biokimia,
seperti yang ditunjukkan pada jantung. Hal ini termasuk kemungkinan bahwa
jaringan vaskuler rentan terhadap stress oksidatif, yang dapat mengganggu
struktur sitoskeleton dan mempengaruhi respon terhadap vasoaktif (Kim et al., 2012).
MODULASI
DIFERENSIAL DARI PROTEOME PADA JANTUNG DAN ARTERI SEREBRAL SELAMA STIMULASI
RESEPTOR β-ADRENERGIK
Untuk
meningkatkan intervensi dalam manajemen kejadian serebrovaskuler selama
hipertrofi jantung, maka perlu dilihat perbedaan jalur sinyal dari stimulasi
βAR jangka panjang pada jantung dan vaskuler. Proto-onkogen yang dapat
terinduksi menyandi faktor transkripsi nukleus dan mengaktifkan promoter
berbagai gen target yang memiliki peran dalam fungsi seluler, proses adaptif,
dan kematian sel (Krown et al.,
1996). Stimulasi βAR jangka panjang meningkatkan fosforilasi dari Extracellular signal-Regulated Kinase (ERK)
yang akan meningkatkan ekspresi protein c-fos
dan c-myc di arteri serebral,
sementara hanya meningkatkan ekspresi protein c-fos pada jantung. Dengan demikian, modulasi post-translasional tampaknya
terjadi melalui mekanisme yang berbeda pada jantung dan arteri serebral (Shin et al., 2014).
Meskipun hipertrofi jantung diketahui bukan sebagai prasyarat terjadinya
perubahan proto-onkogen in vivo, βAR
menstimulasi aktivitas Gi-dependent PI3
kinase (PI3K) dan pertumbuhan sel (Chesley et al., 2000). Pada sel progenitor eritroid manusia, jalur PKCα dan
PI3Kγ bersifat parallel dan konvergen dalam mengaktivasi gen c-fos dan c-myc (Schmidt et al.,
2004).
Selain itu, penurunan sinyal kaskade
dari Ras/Raf/MEK/ERK pada arteri serebral selama hipertrofi jantung dapat
mengganggu jaringan sitoskeletal aktin, oleh karena Ras/Raf/MEK/ERK memiliki
peran penting dalam menjaga organisasi sitoskeletal berbasis aktin (Pozzi et al., 2006). Sebaliknya, Ras dan Raf
mengalami aktivasi di jantung pada saat hipertrofi jantung (Zimmer, 1997), dan
mungkin berperan dalam proliferasi serta transformasi. Penurunan akitvitas PKA mungkin
berkontribusi secara tidak langsung terhadap penurunan sinyal ekspresi
Ras/Raf/MEK/ERK pad arteri serebral, karena aktivitas PKA secara innate
berhubungan dengan aktivitas Ras/Raf (Koch, 2000). Meskipun demikian, hasil
penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivasi PKA tidak berkontribusi terhadap
aktivasi Ras/Raf (Chen et al., 2005).
Dengan demikian, kemungkinan mekanisme yang mendasari dari disfungsi vaskuler disebabkan
karena penurunan ekspresi protein RhoA dan ROCK1 setelah stimulasi βAR. RhoA
dan ROCK1 keduanya berperan dalam organisasi aktin sitoskeletal dan fosforilasi
miosin rantai pendek yang menghasilkan kontraksi otot polos (Kureishi et al., 1997). Kontraktilitas sel otot
polos vaskuler secara luas disregulasi oleh jaringan proteome (Gunst &
Zhang, 2008). Penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan jelas menunjukkan
bahwa stimulasi βAR mengganggu jaringan proteome aktin sitoskeletal melalui penurunan
regulasi protein RhoA/ROCK1 yang melemahkan induksi angiotensin II pada kontraksi
di sel otot polos vaskuler arteri serebral (Kim et al., 2012).
Remodeling kardiak atau serebral oleh stimulasi βAR mungkin mengubah
energi seluler. Meskipun demikian, terdapat sedikit penelitian mengenai
analisis proteome dari jalur stimulasi βAR pada jantung dan arteri serebral; penelitian
ini menunjukkan kemiripan respon utama, termasuk apoptosis/nekrosis,
stress/energi, inflamasi, dan remodeling/fibrosis (tabel 1). Pada jantung, gen
dalam jumlah yang lebih besar mengalami perubahan pada kategori energi atau
remodeling, sedangkan sejumlah besar gen yang terlibat dengan organisasi
sitoskeletal mengalami perubahan pada arteri serebral (Shi et al., 2014).
Berkaitan
dengan stress oksidatif, tingkat ekspresi dari saferon/protein sitoprotektif
dan maturasi protein mengalami penurunan secara signifikan baik pada jantung
maupun arteri serebral. Kadar Reactive
Oxygen Species (ROS) yang berlebihan menghasilkan stress oksidatif, karena
keseimbangan produksi ROS dan aktivasi sistem antioksidan memiliki peran penting
dalam menjaga homeostasis. Kadar katekolamin yang tinggi secara terus menerus
akibat induksi stress dapat menyebabkan kardiotoksisitas oleh karena produksi
radikal bebas oksigen (Remaio et al.,
2000). Hal ini didukung oleh beberapa penemuan terbaru yang menunjukkan bahwa
stimulasi βAR meningkatkan produksi ROS pada garis sel HEK293T, miosit kardiak
pada tikus, dan aorta tikus (Moniri & Daaka, 2007). Peningkatan stress
oksidatif juga dapat menyebabkan kerusakan DNA (Keles et al., 2009).
Menariknya, baik pada jantung maupun arteri serebral, penurunan kadar
protein sitoprotektif seperti heat shock
protein 70/90 (HSP70/HSP90) dan stress-induced
phospoprotein 1, mungkin lebih menyebabkan efek yang merusak daripada
meningkatkan produksi ROS. Heat shock protein memiliki peran penting dalam
pertahanan seluler dan proteksi mitokondrial terhadap stress oksidatif. Stress
oksidatif mengaktifkan beberapa jalur kinase/fosfat transferase, misalnya PKC,
Mitogen-activated protein kinase (MAPK), dan PI3K (Corbi et al., 2013).
Secara khusus, Bcl-2 like protein 1 dan Bak1, yang berkaitan dengan
mitokondria, mengalami perubahan secara signifikan pada jantung (Herrmann et al., 2014). Protein tersebut
menginduksi apoptosis dengan meregulasi difusi metabolit pada permukaan luar
membran mitokondria (Zha et al.,
1996). Apoptosis yang terjadi pada hipertrofi jantung oleh stimulasi βAR
menurut literatur terbaru menunjukkan bahwa kemunduran fungsi jantung yang
mengalami hipertrofi berkaitan dengan hilangnya kardiomiosit secara progresif
(Yasuhara et al., 2003). Penelitian
yang dilakukan pada kelompok populasi lain juga menunjukkan bahwa inhibisi
apoptosis terjadi dengan pelemahan dari gagal jantung atau hipertrofi jantung,
yang bersamaan dengan peningkatan apoptosis kardiomiosit sebelum terjadinya perkembangan
gagal jantung yang signifikan (Park et
al., 2004). Berdasarkan hal tersebut, modulasi apoptosis selama hipertrofi jantung
sebagai pencegahan untuk gagal jantung atau stroke mungkin memberikan pandangan
terhadap modalitas terapi yang baru di masa depan.
KESIMPULAN
Epinefrin
dan norepinefrin injeksi menstimulasi αAR dan βAR dan dapat menyebabkan kerusakan
pada sel jantung. Sebaliknya, injeksi ISO yang hanya menstimulasi βAR dapat
menyebabkan gangguan lebih berat pada miokard. Dengan demikian, sebagian besar
penelitian memfokuskan pemahaman mengenai mekanisme transduksi sinyal yang
dimediasi oleh βAR dan menemukan target yang tepat untuk mencegah remodeling
kardiak yang dimediasi oleh βAR. Selain itu, stimulasi berlebihan βAR pada struktur
dan fungsi vaskuler menunjukkan efek yang berbeda dibandingkan dengan efeknya
pada jantung. Dengan demikian, review remodeling dan disfungsi serebrovaskuler
pada penelitian ini dapat memberikan pandangan baru mengenai kerusakan serebral
setelah stimulasi berlebihan dari βAR, selama stress jangka panjang dan
intervensi terapetik yang menginduksi stimulasi βAR (Shin et al., 2014).
Edit: 13
Juni 2020
Referensi:
- Chen, L., Wang, P., Andrade, C. F., Zhao, I. Y., Dubé, P. E., Brubaker, P. L., et al. 2005. PKA independent and cell type specific activation of the expression of caudal homeobox gene Cdx-2 by cyclic AMP. FEBS J. 272: pp. 2746-2759.
- Chesley, A., Lundberg, M. S., Asai, T., Xiao, R. P., Ohtani, S., Lakatta, E. G., et al. 2000. The beta(2)-adrenergic receptor delivers an antiapoptotic signal to cardiac myocytes through G(i)-dependent coupling to phosphatidylinositol 3′-kinase. Circ Res. 87: pp. 1172-1179.
- Choi, D. J., Koch, W. J., Hunter, J. J., Rockman, H.A. 1997. Mechanism of beta-adrenergic receptor desensitization in cardiac hypertrophy is increased beta-adrenergic receptor kinase. J Biol Chem. 272: pp. 17223-17229.
- Corbi, G., Conti, V., Russomanno, G., Longobardi, G., Furgi, G., Filippelli, A., et al. 2013. Adrenergic signaling and oxidative stress: a role for sirtuins? Front Physiol. 4: p. 14.
- Davel, A. P., Kawamoto, E. M., Scavone, C., Vassallo, D. V., Rossoni, L.V. 2006. Changes in vascular reactivity following administration of isoproterenol for 1 week: a role for endothelial modulation. Br J Pharmacol. 148: pp. 629-639.
- Devereaux, P. J., Yang, H., Yusuf, S., Guyatt, G., Leslie, K. et al. 2008. Effects of extended-release metoprolol succinate in patients undergoing non-cardiac surgery (POISE trial): a randomised controlled trial. Lancet. 371: pp. 1839-1847.
- Diwan, A., Dorn G.W. 2007. Decompensation of cardiac hypertrophy: cellular mechanisms and novel therapeutic targets. Physiology (Bethesda). 22: pp. 56-64.
- Errami, M., Galindo, C. L., Tassa, A. T., Dimaio, J. M., Hill, J. A., Garner, H. R. 2008. Doxycycline attenuates isoproterenol- and transverse aortic banding-induced cardiac hypertrophy in mice. J Pharmacol Exp Ther. 324: pp. 1196-1203.
- Esler, M. D., Eikelis, N., Lambert, E.,
Straznicky, N. 2008. Neural mechanisms
and management of obesity-related hypertension. Curr Cardiol Rep. 10: 456-463.
- Gunst, S. J. & Zhang, W. 2008. Actin cytoskeletal dynamics in smooth muscle: a new paradigm for the regulation of smooth muscle contraction. Am J Physiol Cell Physiol. 295: pp. C576-C587.
- Herrmann, J. E., Heale, J., Bieraugel, M., Ramos, M., Fisher, R. L., Vickers, A. E. 2014. Isoproterenol effects evaluated in heart slices of human and rat in comparison to rat heart in vivo. Toxicol Appl Pharmacol. 274: pp. 302-312.
- Iaccarino, G., Tomhave, E. D., Lefkowitz, R. J., Koch, W.J. 1998. Reciprocal in vivo regulation of myocardial G protein-coupled receptor kinase expression by beta-adrenergic receptor stimulation and blockade. Circulation. 98: pp. 1783-1789.
- Keles, M. S., Bayir, Y., Suleyman, H., Halici, Z. 2009. Investigation of effects of lacidipine, ramipril, and valsartan on DNA damage and oxidative stress occurred in acute and chronic periods following isoproterenol-induced myocardial infarct in rats. Mol Cell Biochem. 328: pp. 109-117.
- Kim, N., Chung, J., Kim, E., Han, J. 2003. Changes in the Ca2+-activated K+ channels of the coronary artery during left ventricular hypertrophy. Circ Res. 93: pp. 541-547.
- Kim, N., Kim, H., Youm, J. B., Park, W. S., Warda, M., Ko, J. H., et al. 2006. Site specific differential activation of ras/raf/ERK signaling in rabbit isoproterenol-induced left ventricular hypertrophy. Biochim Biophys Acta. 1763: pp. 1067-1075.
- Kim, H. K., Park, W. S., Warda, M., Park, S. Y., Ko, E. A., Kim, M. H., et al. 2012. Beta adrenergic overstimulation impaired vascular contractility via actin-cytoskeleton disorganization in rabbit cerebral artery. PLoS One. 7: p. e43884.
- Kolch, W. 2000. Meaningful relationships: the regulation of the Ras/Raf/MEK/ERK pathway by protein interactions. Biochem J. 351: pp. 289-305.
- Krown, K. A., Page, M. T., Nguyen, C., Zechner, D., Gutierrez, V., Comstock, K. L., et al. 1996. Tumor necrosis factor alpha-induced apoptosis in cardiac myocytes. Involvement of the sphingolipid signaling cascade in cardiac cell death. J Clin Invest. 98: pp. 2854-2865.
- Kureishi, Y., Kobayashi, S., Amano, M., Kimura, K., Kanaide, H., Nakano, T., et al. 1997. Rho-associated kinase directly induces smooth muscle contraction through myosin light chain phosphorylation. J Biol Chem. 272: pp. 12257-12260.
- Lechat, P., Packer, M., Chalon, S., Cucherat, M., Arab, T., Boissel, J. P. 1998. Clinical effects of beta-adrenergic blockade in chronic heart failure: a meta-analysis of double-blind, placebo-controlled, randomized trials. Circulation. 98: pp. 1184-1191.
- Moniri, N. H. & Daaka, Y. 2007. Agonist-stimulated reactive oxygen species formation regulates beta2-adrenergic receptor signal transduction. Biochem Pharmacol. 74: pp. 64-73.
- Osadchii, O. E. 2007. Cardiac hypertrophy induced by sustained beta-adrenoreceptor activation: pathophysiological aspects. Heart Fail Rev. 12:66-86.
- Park, S. J., Choi, D. J., Kim, C.W. 2004. Hypertensive left ventricular hypertrophy: relation to beta-adrenergic receptor kinase-1 (betaARK1) in peripheral lymphocytes. J Hypertens. 22: pp. 1025-1032.
- Park, W. S., Ko, J. H., Kim, N., Son, Y. K., Kang, S. H., Warda, M., et al. 2007. Increased inhibition of inward rectifier K+ channels by angiotensin II in small-diameter coronary artery of isoproterenol-induced hypertrophied model. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 27: pp. 1768-1775.
- Pozzi, A., Coffa, S., Bulus, N., Zhu, W., Chen, D., Chen, X., et al. 2006. H-Ras, R-Ras, and TC21 differentially regulate ureteric bud cell branching morphogenesis. Mol Biol Cell. 17: pp. 2046-2056.
- Remiao, F., Carmo, H., Carvalho, F. D., Bastos, M.L. 2000. Inhibition of glutathione reductase by isoproterenol oxidation products. J Enzyme Inhib. 15: pp. 47-61.
- Rodrigo, C., Weerasinghe, S., Jeevagan, V., Rajapakse, S., Constantine, G. 2012. Addressing the relationship between cardiac hypertrophy and ischaemic stroke: an observational study. Int Arch Med. 5: p. 5.
- Schmidt, E. K., Fichelson, S., Feller, S. M. 2004. PI3 kinase is important for Ras, MEK and Erk activation of Epo-stimulated human erythroid progenitors. BMC Biol. 2: p. 12.
- Shin, E., Ko, K. S., Rhee, B. D., Han, J.,
Kim, N. 2014. Different effects of
prolonged β-adrenergic stimulation on heart and cerebral artery. Integrative Medicine Research. 3(4): pp.
204-210.
- Tse, J., Powell, J. R., Baste, C. A., Priest, R. E., Kuo, J. F. 1979. Isoproterenol-induced cardiac hypertrophy: modifications in characteristics of beta-adrenergic receptor, adenylate cyclase, and ventricular contraction. Endocrinology. 105: pp. 246-255.
- Yasuhara, S., Zhu, Y., Matsui, T., Tipirneni, N., Yasuhara, Y., Kaneki, M., et al. 2003. Comparison of comet assay, electron microscopy, and flow cytometry for detection of apoptosis. J Histochem Cytochem. 51: pp. 873-885.
- Zha, J., Harada, H., Yang, E., Jockel, J., Korsmeyer, S. J. 1996. Serine phosphorylation of death agonist BAD in response to survival factor results in binding to 14-3-3 not BCL-X(L). Cell. 87: pp. 619-628.
- Zimmer, H. G. 1997. Catecholamine-induced cardiac hypertrophy: significance of proto-oncogene expression. J Mol Med (Berl), 75 (1997), pp. 849-859.
No comments
Tulis komentar Anda...